Kamis, 13 Desember 2012

MAN BANGKALAN

Dua tahun terakhir aku terbiasa menggoreskan penaku dalam sebuah lembaran kertas putih yang tak mungkin lagi dapat kuhitung, sajak demi sajak syair kutulis dalam sebuah catatan kecil, baris demi baris kurajut hingga terbentuklah untaian paragraf. Disela hariku sengaja kusimpan rentetan kejadian yang terasa begitu berkesan. Senang, duka ,lelah ataupun letih menjadi penghias hari-hariku yakni dalam perjalanan menggapai ilmu tuk kujadikan tiang bekal hidup menyongsong masa depan yang jauh lebih baik. Juli, 2011, pertama kali kulangkahkan kaki dalam sebuah ruang kelas yang tersusun begitu rapinya. terlihat lukisan-lukisan para pahlawan terpajang kokoh ditiap sudut dinding, coretan tinta hitam masih berbekas pada dinding papan yang nampak cukup lama ditinggal oleh para penghuninya, didepan kelas terlihat sekali taplak meja usang menyelimuti sebuah meja berwarna coklat dengan berhiaskan vas bunga yang sudah tak enak lagi dipandang mata. Disitu kumencoba bersandar pada salah satu kursi sembari mengusap debu yang menempel dipermukaan. Sejenak aku terdiam, termenung memandangi arah selelilingku. Namun pada akhirnya terpaku kearah pintu gerbang yang bertuliskan "MAN BANGKALAN", seraya mengambil nafas panjang dan berfikir disinilah kumantapkan hati mencari sejuta ilmu yang mungkin bisa aku raih. Dibalik kelas X-4 aku timba lembar demi lembar buku pelajaran, menggoreskan pena, serta bercanda tawa menghabiskan tiap hariku bersama senyum manis mereka yang hampir tak penah berhenti kulihat, bersama mereka kami kami satukan tekad dan juga bersama mereka aku bisa mengenal arti seorang sahabat, cinta serta kasih sayang. Pagi itu seperti biasa, aku terbangun seiring dengan kicauan burung-burung kecil, embun pagi menetes ditiap dahan pucuk, ditemani sinar mentari yang menembus jendela kamar. Kubuka jendela kamarku serasa berharap Allah SWT. memberikan anugerah yang bisa kuraih hari ini. Seperti biasa dengan hiasan kerudung putih, baju lengan panjang serta rok abu-abu yang menutupi hingga mata kaki kuberjalan menyusuri jalan berliku mencerminkan kepribadian seorang muslim yang menjungjung tinggi syariat agama nabi Muhammad SAW, berjalan anggun sebagai seorang ummat yang taat dan patuh menjalankan perintah agama-Nya. Setiap hari lagkah demi langkah kutapaki jalanan kota, menyusuri beragam rambu-rambu penghias jalan raya . Terlihat kiri-kanan begitu banyak kendaraan berlalu lalang melewati jalanan, suara desiran ban, klakson mobil, serta asap kendaraan menjadi bumbu penyedap hidangan pagiku, bersama ketiga temanku kami mulai meretas asa mencari kumpulan sinar terang yang mampu menghapus kumpulan awan kelabu berharap akan datangnya secercah cahaya bersinar bak sinar rembulan malam yang mampu menyinari setiap sudut bumi........ seperti itulah cita-citaku menjadi insan yang berilmu dan beriman. http://auliayamasitha.blogspot.com/2012/12/man-bangkalan_5539.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar